Tuesday, May 12, 2009

Teknik Atasi Kecemasan bagi Pemain


Masih ingat bagaimana John Terry gagal mengeksekusi penalty penentu pada laga Final Liga Champion Eropa 2007/2009 melawan Manchester United di Moscow. Yang terjadi pada Terry mungkin saja adalah kecemasan yang melanda. Bagaimana tidak, tendangannya adalah penentu Chelsea untuk merengkuh gelar juara pertama kalinya. Ternyata Terry gagal melaksanakan tugasnya dengan baik, dan kecemasannya lah yang menang.
Selain beberapa metode yang bisa dilakukan oleh para pelatih untuk mengurangi rasa cemas seperti postingan terdahulu, para pemain sendiri seharusnya juga mengambil langkah-langkah untuk mengatur dirinya sendiri supaya rasa cemas bukan lagi menjadi gangguan. Para pemain sebagai individu yang menjadi korban dari rasa cemas ini, sudah sepantasnya memhami kondisi serta suasana hati yang sedang mengganggunya. Sebelum melaksanakan beberapa metode pengurangan rasa cemas di bawah ini, para pemain harus sadar dulu apa penyebab rasa cemas yang timbul. Menyadari penyebab akan sangat membantu para pemain dalam menguasai dan mengendalikan rasa cemas yang dialami.

Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh para pemain untuk mengurangi rasa cemas:

Fokuslah Pada Hal yang Bisa Dikontrol

Banyak sekali faktor dalam pertandingan sepakbola yang tidak mungkin dikontrol langsung oleh para pemain. Mulai dari penonton, tim tuan rumah, kenyamanan ruang ganti dan sebagainya. Namun sebenarnya ada juga faktor yang menentukan tapi tetap bisa dikontrol dan dikuasai dengan baik oleh para pemain. Faktor tersebut adalah taktik dan strategi yang sudah dilatihkan sebelumnya.

Dengan memfokuskan diri pada taktik dan strategi, para pemain akan dengan mudah mengabaikan beberapa hal yang menjadi sumber kecemasan, baik itu dari luar maupun dari dalam. Dukungan suporter lawan, kondisi tim lawan yang sedang dalam puncak penampilan adalah beberapa hal yang mungkin memunculkan rasa cemas. Dengan memahami dan berfokus pada strategi sekaligus kekuatan tim maupun kekuatan individu, pemain akan menemukan rasa percaya diri untuk menjalani pertandingan. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, rasa cemas akan hilang dengan sendirinya, karena mereka yakin bahwa mereka mampu untuk berbuat yang terbaik.

Berpikir Praktis

Kecemasan kadang hadir karena pemain mempunyai bayangan-bayangan yang liar terhadap banyak hal yang melingkupi. Bahkan terkadang para pemain merasa sudah kalah sebelum bertanding. Hal itu karena bayangan-bayangan terhadap kekuatan sendiri dan kekuatan lawan yang tidak berimbang. Para pemain merasa tim lawan terlalu kuat, sehingga tidak mungkin mengalahkannya, atau mungkin merasa timnya terlalu lemah. Bayangan lain yang sering mengganggu adalah hasil pertandingan-pertandingan yang sudah lampau. Kekalahan demi kekalahan yang diderita sering mengganggu konsentrasi yang akhirnya menciptakan kecemasan.

Ketika berada dalam kondisi seperti itu, maka para pemain harus mampu untuk membuat pikiran yang sifatnya praktis. Menganggap bahwa sepakbola adalah sesuatu yang harus dinikmati adalah salah satu contohnya. Dengan menikmati permainan, maka para pemain tidak akan memikirkan hasil. Yang akan muncul adalah usaha yang maksimal untuk menikmati permainan tersebut. Ketika para pemain mampu menikmati permainan, maka kemampuan terbaik mereka akan muncul.

Dengan kondisi yang nyaman seperti itu, kecemasan akan sirna dari benak para pemain. Hasil pertandingan adalah sesuatu yang membutuhkan proses. Semua hal masih bisa terjadi dalam waktu 90 menit pertandingan. PIkiran yang praktis akan mengarahkan pemain bisa berbuat lebih banyak dibandingkan jika terbebani dengan pikiran yang berisi tentang ketakutan-ketakutan atau kekuatiran-kekuatiran.

Berfokus pada Tugas Dibanding Hasil

Sejalan dengan metode sebelumnya, memikirkan hasil pertandingan adalah sesuatu yang sangat menyita energi, baik energi fisik maupun energi emosional. Membayangkan sesuatu yang buruk akan berdampak pada kinerja di lapangan. Jika bayangan hasil yang muncul adalah kekalahan, maka para pemain akan mendapat suntikan energi negatif. Mereka tidak akan mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya, karena memang secara tidak sadar mereka sudah menganggap tidak perlu mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Hal ini muncul karena hasil yang mereka bayangkan adalah kekalahan.

Jika hasil yang dibayangkan adalah kemenangan, mungkin saja para pemain mempunyai motivasi yang tinggi. Namun, efek negatifnya tetap saja sama. Dengan bayangan seperti itu, sangat mungkin para pemain sedang meremehkan kekuatan lawan. Akhirnya kemampuan terbaik tetap tidak akan muncul di lapangan. Mereka akan bermain terlalu santai dan tidak waspada. Jika ini terjadi, maka lawan yang mungkin memang lebih lemah akan sangat mungkin mencuri gol kemenangan. Membayangkan kemenangan tidak sama dengan membayangkan proses untuk meraih kemenangan.

Yang seharusnya dilakukan oleh para pemain adalah berfokus pada tugas yang harus dihadapi. Dengan focus pada tugas yang harus diemban, para pemain akan mempunyai bayangan tentang segala hal yang harus dilakukan. berfokus pada tugas akan meningkatkan kewaspadaan para pemain. Jika dia adalah seorang bek, maka dia akan lebih mempunyai bayangan tentang bagaimana harus mengawal pertahanan dan pemain penyerang lawan sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan fatal bisa diminimalisasi. Begitupun pada pemain penyerang. Tugasnya adalah mencetak gol. Dia harus berusaha dengan lebih keras agar halangan dari barisan pertahanan lawan bisa dilewati.

Fokus pada tugas juga akan meningkatkan kewaspadaan serta konsentrasi para pemain. Pemain yang lengah adalah keuntungan bagi lawan. Sebaliknya, pemain yang waspada dan konsentrasi akan merusak permainan lawan dan sangat mungkin membuat frustrasi para pemain lawan. Jika taktik seperti ini berjalan, maka kemenangan hanya akan tinggal menunggu waktu.

Aktif Bergerak

Menurut banyak penelitian, bergerak dengan aktif akan bermanfaat untuk mengurangi kecemasan. Bergerak akan membantu mengalihkan perhatian. Jika diam, bayangan-bayangan yang potensial menyebabkan kecemasan akan muncul. Banyak para pemain elit dunia selalu melompat-lompat di kamar ganti sebelum menjalani pertandingan yang penting hanya untuk mengurangi rasa cemas yang mendera.

Pemanasan bisa menjadi solusi agar para pemain tetap bergerak. Pemanasan tidak hanya berfungsi sebagai aktivitas untuk menyiapkan otot, tapi juga untuk menyiapkan mental agar tidak tegang. Orang yang tegang akan membuat otot-otot tubuh menjadi kaku. Demikian juga sebaliknya, orang yang hanya berdiam diri akan menyebabkan otot kaku, otot yang kaku cenderung membuat orang untuk berandai-andai. Untuk itu, menggerakkan otot akan membantu mengurangi rasa cemas.

Melatih Teknik Kognitif

Dalam dunia psikologi, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan rasa cemas, ada beberapa teknik yang sudah terbukti ampuh. Teknik-teknik tersebut melibatkan aspek kognitif atau aspek proses otak. Sekali lagi, kecemasan merupakan proses mental yang melibatkan aktivitas otak dalam memprosesnya. Pemain yang merasa cemas adalah akibat dari persepsinya terhadap lingkungan sekitar dan dirinya sendiri. Pemain yang mempunyai ingatan-ingatan tidak mengenakkan tentang sebuah peristiwa mempunyai kecenderungan untuk merekamnya. Disaat situasi-situasi tersebut mempunyai kesamaan dengan situasi sekarang, maka seseorang akan kembali teringat dengan sesuatu yang buruk tersebut.

Untuk mengubahnya, pemain perlu melakukan teknik untuk mereduksi munculnya ingatan-ingatan dan gambaran-gambaran tidak mengenakkan tersebut. Berikut ini dua teknik kognitif yang lazim digunakan.

* Positive self talk

Membuat kata-kata positif pada diri sendiri. Pemain harus belajar berbicara pada dirinya sendiri dengan mengatakan kalimat-kalimat yang bersifat positif. Kalimat seperti “Kamu mampu melakukan!”, “Saatnya membuat perubahan!” atau “Kamu punya keahlian untuk menang!” adalah kalimat yang penting dalam rangka mengurangi kecemasan.

Ucapan-ucapan seperti itu sebenarnya untuk mengalihkan persepsi dari para pemain agar tidak selalu berfokus pada kelemahan. Fokus pada kelemahan akan menyebabkan mental menjadi drop. Dengan ucapan-ucapan pada diri sendiri seperti itu, maka gambaran positif akan muncul pada diri sendiri.

* Berhenti Berpikir

Para pemain harus mampu mengatakan berhenti berpikir pada diri sendiri ketika mulai membayangkan dan memikirkan hal-hal yang buruk. Pikiran-pikiran buruk akan menyebabkan turunnya moral dan merendahkan kepercayaan diri.

* Imagery Training

Imagery training adalah latihan visualisasi. Sederhananya, pemain harus membayangkan secara detil tiap kejadian yang mungkin terjadi dilapangan. Hal ini berguna untuk membuat gambaran yang lebih logis baik tentang kekuatan maupun kelemahan. Pembayangan tentang kekuatan berguna supaya bisa diaplikasikan dalam pertandingan, sedangkan tentang kelemahan berguna agar pemain mencari solusi atas kelemahan tersebut.

Banyak penelitian membuktikan bahwa imagery training ampuh untuk meningkatkan motivasi, optimisme sekaligus mengurangi kecemasan yang muncul. Teknik ini harus dilakukan di tempat yang nyaman sekaligus minim gangguan. Pemain harus berada dalam posisi yang paling nyaman dengan seluruh tubuh merasa rileks. Gambaran-gambaran yang dibuat juga harus detil hingga pada warna dan bau.

Untuk bisa menguasai teknik ini dengan baik, sebaiknya pertama-tama pemain dan pelatih harus mendapat pendampingan dari ahli sehingga proses imagery berjalan dengan benar. Setelah itu, pelatih yang memegang kendali. Catatan lain, latihan ini harus dilakukan secara berulang-ulang sehingga para pemain menjadi mahir menggunakan teknik ini.

Jika beberapa metode di atas bisa dilaksanakan oleh para pemain dan pelatih dalam menatap pertandingan, maka kecemasan bukan sesuatu yang meresahkan lagi. Sebaliknya, energi yang muncul seiring dengan rasa cemas tersebut bisa diubah menjadi kekuatan dan motivasi yang berguna untuk memenangkan sebuah pertandingan.

Guntur Utomo

No comments: