Wednesday, December 17, 2008

Membangun Tenis dari Mula..

Angelique Wijaya hadir kembali di dunia Tenis Indonesia. Mantan Juara Wimbledon Junior ini kembali menunjukkan komitmennya di dunia Tenis Indonesia. Melalui Sportama Event Organizer miliknya, Angie, sapaan akrabnya, berusaha untuk mencetak bibit-bibit tenis muda Indonesia.

Angie memang sudah jarang bertanding lagi. Juara Commonwealth di Bali beberapa tahun lalu ini kembali ke jagad tenis dengan kendaraan Sportama, sebuah perusahaan event organizer yang spesifik mengurusi tenis. Beberapa waktu lalu, Angie sukses menggelar turnamen tenis di Solo. Menarik untuk melihat komitmennya memunculkan atlet-atlet berbakat dari dunia tenis ini.

Dalam waktu dekat, Angie akan menggelar seri turnamen tenis di Indonesia. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, 5 buah. Tentu saja ini adalah angin segar buat para petenis Indonesia yang belakangan tampaknya kesulitan untuk mencari pembuktian dari proses latihan yang dijalani setiap hari.

Diluar naluri bisnis, seri turnamen ini tentu saja merupakan ajang yang ideal untuk mengasah talenta-talenta muda tenis Indonesia. Dengan semakin banyak turnamen kompetitif yang diikuti, petenis akan semakin matang. Efeknya, Indonesia akan muncul bakat-bakat baru tenis yang bisa menggantikan Yayuk Basuki maupun Angie sendiri.

Bidikan untuk menggelar kompetisi sebanyak mungkin ini merupakan langkah yang sangat bagus. Kompetisi, selain menjadi ajang pembuktian teknis para pemain, juga bisa mendidik para petenis agar lebih tangguh menghadapi tekanan pertandingan. Faktor Psikologis akan sangat terasah ketika turun di ajang yang kompetitif secara rutin.

Motivasi para petenis muda pun akan semakin tinggi karena mereka akan mempunyai batu loncatan di level nasional dalam meraih prestasi. Selama ini, dengan keringnya kompetisi (ini juga dialami cabang lain), para pemain muda tampak gamang ketika harus menggantungkan cita-cita setinggi langit. Bagaimana tidak, untuk bisa ikut kompetisi saja, mereka harus ke luar negeri lantaran di dalam negeri tidak tersedia ajang yang kompetitif. Tentu saja hal ini tidak ideal saat berusaha mencetak pemain tenis sebanyak-banyaknya. Dengan kompetisi rutin di dalam negeri, hitung-hitungan biaya bagi petenis lokal akan semakin mudah.

Selain itu, pemain juga akan terbiasa menghadapi tekanan. Pertandingan tentu saja menciptakan tekanan yang tidak ringan buat seorang atlet. Ditambah dengan embel-embel pertandingan penting, maka beban dipundak para pemain akan semakin tinggi. Tentu saja, harapan para pemain tentu saja mencapai hasil terbaik, untuk itu maka mereka harus bisa mengalahkan lawan-lawannya. Tidak jarang, saking tegangnya menghadapi tekanan, maka pemain akan merasa cemas dan akhirnya kemampuan teknisnya tidak akan keluar.

Dengan kompetisi teratur, para pemain akan belajar bagaimana mengatasi tekanan dan kecemasan sebelum bertanding. Pertandingan yang relatif sering akan membuat para pemain lebih tenang dan waspada dalam bermain. Para pemain juga akan lebih mudah untuk menetapkan sasaran sebagai batu loncatan untuk sasaran yang lebih besar.

Selain itu, kompetisi yang teratur juga akan memudahkan para pelatih mengevaluasi kemampuan para atletnya. Kemampuan optimal atlet hanya akan bisa diukur ketika mereka bertanding dalam level kompetisi yang tinggi. Latihan tidaklah cukup untuk mengevaluasi pencapaian seorang atlet terutama dalam hal teknis.

Baiklah, kita tunggu komitmen Angelique wijaya berikutnya untuk mencetak generasi baru pengganti Yayuk Basuki atau dirinya untuk mengharumkan nama Indonesia dalam dunia Tenis. Semoga apa yang dia kerjakan bisa membuahkan hasil yang maksimal.

Guntur Utomo

No comments: