Friday, July 20, 2007

Kompetisi dan Ketahanan Mental!

Selamat buat Timnas Indonesia. Meski tidak lolos, Ponaryo dkk. telah berhasil mempertontonkan sebuah semangat dan motivasi yang luar biasa. Begitu besarnya motivasi dan semangat hingga level permainan mereka, secara tak sadar, juga mengalami peningkatan yang luar biasa.

Hal itu adalah bukti, bahwa kondisi mental sangat berpengaruh terhadap kemampuan atletis seseorang. Didukung dengan mental yang tangguh, maka kemampuan fisik dan keunggulan teknik permainan akan menjadi sebuah sinergi yang akan menghasilkan kemampuan dan penampilan yang luar biasa.

Ponaryo dkk. telah berhasil mempertontonkan hal itu. Memang hasilnya cukup mengecewakan, tapi paling tidak hal itu adalah angin segar bagi persepakbolaan Indonesia. Satu pernyataan yang sebenarnya bisa diucapkan adalah Indonesia bisa masuk dalam level dunia. Tapi tentu saja dengan syarat, ada sinergi antara fisik, teknik dan mental para pemain.

Lewat Kompetisi
Membangun mental pemain sebenarnya tidak berbeda dengan membentuk pemain sepakbola yang berteknik dan berfisik prima. Artinya mental harus dibangun dengan proses panjang dan berjenjang. Pemain kelas dunia semacam Zidane, Beckham, Ronaldo, Messi dll. adalah akibat dari sebuah proses panjang dan berkelanjutan. Mereka menjalani sebuah perjalanan yang disebut latihan dengan baik.

Menurut Van Lingen, Direktur Teknis KNVB (persatuan sepakbola Belanda) ada 3 unsur yang harus selalu dihadirkan oleh seorang pelatih dalam membangun pemain-pemain berkualitas. Ketiga unsur itu biasa disebut dengan TIC, yakni Technic, Insight, dan Communication. Sebuah latihan harus ditekankan untuk melatih teknik bermain dari para pemain, khususnya para pemain usia muda. Insight adalah pemahaman para pemain dalam permainan sepakbola. Bahwa sepakbola adalah sebuah permainan dimana lawan akan selalu berusaha merebut bola dan mencetak gol ke gawang kita. Dan sepakbola juga merupakan permainan tim yang terdiri dari 11 orang. Untuk itu pemain harus diberi pemahaman bahwa yang harus dilakukan adalah bekerja sama untuk menahan lawan mencetak gol serta bekerja sama untuk mencetak gol ke gawang lawan.

Dan yang ketiga adalah Communication. Kerjasama antarpemain dilapangan harus didasari oleh pola komunikasi yang terjalin antarpemain. Tanpa adanya komunikasi, maka pemain akan saling menyalahkan dan akhirnya tidak terjadi kerjasama. Ketiga proses tersebut merupakan terjemahan langsung dari proses pembangunan pemain dari sisi Teknik bermain, fisik serta mental.

Kompetisi yang Mematangkan
Untuk mendapatkan kemampuan aplikasi latihan dalam sebuah pertandingan, mau tidak mau para pemain harus terjun langsung dan mengalami sendiri sebuah pertandingan sepakbola. Hal ini berarti para pemain harus lebih sering bertanding dalam situasi kompetisi yang ketat. Dengan kompetisi yang ketat dimana lawan langsung hadir, maka para pemain akan dipaksa untuk berpikir cepat untuk bisa mengatasi tekanan lawan. Dengan semakin sering seorang pemain berpikir cepat dan mengambil keputusan, maka secara tidak langsung mental bertanding pun ikut diasah, terlepas dari hasil pertandingan.

Para pelatih usia muda juga hendaknya berperan sebagai seorang konselor yang secara detil memahami kondisi pemainnya. Jika dalam sebuah turnamen, para pemain melakukan banyak kesalahan, maka pelatih harus dengan bijak membaca kelemahan-kelemahan itu dan mengomunikasikannya kepada para pemainnya. Pelatih tidak berhak langsung menjatuhkan vonis atas kesalahan yang dilakukan oleh para pemainnya. Tapi masukan yang membangunlah yang seharusnya dilakukan.

Dalam sebuah pertandingan yang kompetitif, kemampuan asli para pemain akan langsung terlihat. Hal ini akan memudahkan para pelatih untuk membuat evaluasi atas pemainnya yang selanjutnya membenahi kekuarangan-kekurangan yang ada. Evaluasi ini harus diterapkan dalam bentuk format latihan yang mengidentifikasi kondisi asli pertandingan. Dalam bahasa teknis disebut dengan small sided games.

Dengan seringnya para pemain melakoni pertandingan yang kompetitif, maka para pemain pun sebetulnya dengan dalam proses learning by doing, atau trial error. Berbagai tekanan dengan segera harus dihadapi dan dipecahkan oleh para pemain. TEkanan-tekanan inilah yang akan menjadi stimulus bagi para pemain.

Secara psikologis, para pemain akan belajar dari pengalaman. Seperti teori stimulus-respon yang dikemukakan oleh Skinner, para pemain yang mendapati stimulus akan berusaha merespon dengan perilaku tertentu. Ditambah dengan penguat dari pelatih, maka respon yang diperoleh diharapkan berupa respon-respon yang positif atas stimulus tersebut.

Untuk kasus sepakbola Indonesia, penampilan para pemain di pentas Piala Asia kemarin seharusnya menjadi moment untuk memperbaiki diri dengan mencetak lebih banyak pemain. Semangat yang ditampilkan oleh para Bambang, Eka Ramdani, Syamsul Bahri harus dipelihara dalam konteks membangun bibit-bibit baru pemain Indonesia.

Sudah waktunya Indonesia mempunyai sistem pembinaan pemain yang berjenjang dengan basis kompetisi yang teratur. Sekali lagi, kompetisi akan mematangkan dan menyelesaikan tugas belajar yang dimiliki oleh pemain di masing-masing kelompok umur. Jika dalam satu kelompok umur para pemain berhasil menyelesaikan tugas belajarnya, maka fase selanjutnya akan lebih mudah di jalani. Menurut FIFA, setiap tahun, para pemain muda sebaiknya menjalani 30 kali pertandingan. Hal ini di dasarkan atas kemampuan seorang anak dalam mencari solusi atas tekanan permainan yang dihadapi.

Sekali lagi, kompetisi merupakan salah satu ujung tombak dalam membangun mental pemain dan tentu saja membentuk bibit-bibit pemain yang berkualitas. Tanpa kompetisi yang teratur, niscaya mental pemain hanya akan berada pada level angin-anginan. Artinya kadang meningkat, tapi tidak jarang dalam level bawah.


Guntur Utomo

2 comments:

Anonymous said...

Saya sangat setuju bahwa kondisi mental sangat berpengaruh terhadap kemampuan atletis seseorang, termasuk pada atlet-atlet sepakbola Indonesia saat ini.Kondisi itu bahkan,menurut saya, tampak pada raut wajah mereka. Bandingkan saja mimik yang dikeluarkan pemain Indonesia yang dapat kartu kuning, yang jumlahnya lebih dari 10, dengan mimik david beckham kalau dikasih kartu kuning, pasti lebih keren david, selain karena dia lebih keren sih.
Pelatih usia muda memang harusnya diberi kesempatan lebih banyak lagi untuk memberi 'udara segar baru', kalaupun pelatih muda itu belum boleh berkiprah langsung di timnas kita, semoga para 'petinggi' PSSI memberi kepercayaan untuk membina pemain muda Indonesia. cari bibit-bibit baru, dilatih, dengan didampingi minimal seorang psikolog, sering bertanding, 5 tahun lagi, pasti deh Indonesia masuk piala dunia,kesabaran pasti akan membuahkan hasil.
Tapi tampaknya selama 'petinggi-petinggi' itu masih memakai cara lama, masih mempertahankan pelatih asing, yang menurut saya jelas tidak terlalu mengenal Indonesia dan orang Indonesia, masih hanya menemui/menempatkan dokter jika ada pemain yang patah tulang, masih tidak merekrut/melibatkan psikolog dalam porsi yang lebih besar, kondisi pesebakbolaan Indonesia akan tetap sama untuk putaran piala asia yang akan datang, menurut saya sih, menurut Anda?
tapi...siapa yang akan mengingatkan/ memberikan saran atau lebih tepatnya...siapa yang sarannya akan didengar dan dilaksanakan oleh pemegang kebijakan pesebakbolaan Indonesia itu?
Whatever, selamat buat sepak bola Indonesia yang sudah sampai posisi seperti sekarang, terus berjuang, semoga lebih baik.
Tidak ada maksud menjelek-jelekkan pihak manapun dalam komentar ini, saya hanya berkomentar atas apa yang saya lihat, atas apa yang saya tahu, dengan harapan semoga dunia sepakbola Indonesia lebih baik lagi, seperti harapan kita semua...

Anonymous said...

Jika memang mahal mengirimkan pemain kita untuk berkompetisi sampai ke luar negri, adakan saja kompetisi di Indonesia, bekerjasama dengan dinas pariwisata, dan instansi terkait. Untuk tingkat nasional, ada cukup banyak momen, hari bersejarah yang diperingati di Indonesia, kenapa tidak diadakan kompetisi rutin tiap tahunnya, selain yang sudah ada saat ini. Kalau ada banyak kompetisi, tentu akan ada banyak kemajuan, kalau bisa mengambil pelajaran dari kompetisi tersebut, kalau ada banyak kemajuan, sampai ke tingkat dunia, suatu saat, tentu akan ada banyak perusahaan yang tertarik untuk menjadi sponsor. Kita tidak perlu menunggu selama umur MU atau Real Madrid kan untuk semaju mereka?