Wednesday, February 18, 2009

Temukan Sumber Percaya Diri…

Menurut banyak penelitian, rasa percaya diri sangat berpengaruh terhadap penampilan seorang atlet di lapangan. Keunggulan teknik, fisik jadi sia-sia ketika percaya diri tiba-tiba menguap. Berbagai macam sebab dianggap sebagai biang keladi hilangnya kepercayaan diri. Bisa jadi karena menganggap lawan yang lebih hebat, menganggap pertandingan yang terlalu besar, beban yang dipikul terlalu berat dan sebagainya.

Namun, ada satu hal yang penting untuk tetap ditekankan kepada para atlet maupun para pelatih, bahwa kepercayaan diri menjadi wilayah persepsi yang bersifat sangat personal. Artinya, beban pertandingan, kualitas lawan, kesiapan fisik, maupun teknik merupakan bagian dari kemampuan seorang individu untuk berdamai dengannya. Bagi atlet A barangkali situasi yang sama persis tidak berarti apa-apa, tapi beda dengan atlet B. Atlet B bisa sangat frustasi dengan situasi pertandingan yang sama. Itulah mengapa Self Confidence merupakan wilayah pribadi yang harus ditangani oleh individu sendiri, tentu saja, dengan bantuan lingkungan sekitarnya.

Hal lain yang penting adalah, rasa percaya diri bukan merupakan bawaan lahir. Ada pelatih yang menganggap bahwa ada satu pemain yang terlahir dengan rasa percaya diri tinggi, sedang pemain lain tidak memilikinya. Mungkin benar bahwa ada anak yang lebih percaya diri dibandingkan yang lain, tapi itu semua merupakan hasil dari pendidikan dan lingkungan sejak kecil. Gampangnya, jika dari kecil seorang anak di ajak untuk percaya diri, maka dia akan tumbuh dengan rasa percaya diri yang besar. Demikian juga dengan proses mencipta atlet dengan rasa percaya diri tinggi. Sekali lagi, itu bukan bawaan lahir, tapi merupakan hasil latihan..

Sembilan Sumber
Menurut Weinberg dan Gould yang dikutip oleh Zauderer dalam PezCyclingNews.com ( Mei 2008 ) ada 9 sumber percaya diri dalam situasi spesifik olahraga. Sumber-sumber tersebut adalah:

1. Mastery: Developing and improving skills in training and competition. Penguasaan kemampuan teknik dan fisik merupakan salah satu bentuk sumber rasa percaya diri yang dominan. Atlet seringkali kehilangan rasa percaya diri karena merasa tidak cukup mampu untuk memenangkan pertandingan lantaran merasa tidak punya cukup teknik untuk mengalahkan lawan. Untuk itulah, para pelatih harus memperhatikan hal ini dengan baik. Keterampilan dan skill hanya bisa ditingkatkan melalui proses latihan dan kompetisi yang sehat.

2. Demonstrating ability: Having success in competition. Yang kedua adalah menunjukkan kemampuan dalam rangka memenangkan sesuatu di dalam kompetisi. Adalah sesuatu yang instingtif ketika seorang manusia mempunyai keinginan untuk “pamer”. Dalam konteks percaya diri, pamer ini bisa menjadi sumber rasa percaya diri yang baik untuk para atlet. Ketika pamer dan mendapat apresiasi dari orang lain, maka kemungkinan besar dia akan mendapatkan rasa yakin terhadap apa yang dia lakukan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa seorang pelatih tidak bisa selalu menyalahkan dan memarahi atletnya, karena itu akan menjungkalkan rasa percaya dirinya. Hati-hatilah memilih ucapan. Memang tidak harus selalu dipuji, tapi sampaikan kritikan dengan cara yang sesuai.

3. Getting the breaks: Seeing things going your way. Keberhasilan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya rasa percaya diri seorang atlet. Orang tentu senang menyaksikan dirinya mendapatkan sesuatu dan melihat banyak hal berjalan sesuai dengan keinginan. Itulah yang mendasari munculnya Confidence. Keberhasilan tentu saja tidak hanya saat sedang berkompetisi, pelatih bisa menciptakan situasi tantangan yang harus dipecahkan oleh para pemainnya saat latihan. Semakin sering seorang atlet mendapat keberhasilan, maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Tapi tentu saja harus dalam kontrol untuk menghindari over confidence.

4. Seeing others perform successfully. Menyaksikan orang lain mendapat keberhasilan seringkali memacu motivasi seseorang untuk melakukan hal yang sama. Ketika seorang atlet merasa termotivasi, maka bisa dikatakan bahwa sebenarnya dia sedang dalam rasa percaya diri yang tinggi. Contoh kasus adalah bersinarnya David Beckham di AC Milan. Tiba-tiba para pemain lain merasa sangat bersemangat untuk mencapai scudetto. Ucapan-ucapan yang sangat percaya diri muncul dari para pemain lain.

5. Physical and mental preparation. Persiapan fisik dan mental adalah syarat mutlak bagi seorang atlet disamping persiapan teknik. Persiapan fisik meliputi kesehatan, ketangguhan, kecepatan, poser dan sebagainya. Jika seorang atlet berada dalam kondisi fisik prima, maka dia akan merasa mampu menjalani pertandingan se ketat apapun. Sedangkan persiapan mental diantaranya meliputi motivasi, menghilangkan rasa takut atau kuatir, berpikir positif, dan konsentrasi. JIka persiapan mental dan fisik dijalani dengan benar, tidak mustahil si atlet akan menjadi orang yang sangat percaya diri mengandaskan lawan di lapangan.

6. Social support: Encouragement from family and friends. Jangan lupakan dukungan sosial untuk mendapatkan rasa percaya diri. Orang tua, keluarga, suami atau istri juga teman-teman memberi arti khusus bagi seseorang. Jika semua itu mendukung dengan jujur, maka tidak mustahil dia akan tampil kesetanan.

7. Belief/trust in your coach(es). Yakinlah pada pelatihmu! pelatih adalah orang yang paling tahu kondisi si atlet. Pelatihlah yang bertanggung jawab terhadap segala kondisi yang menyangkut atlet dalam rangka memenangkan sesuatu. Konsekuensi untuk para pelatih adalah mereka harus memberikan sesuatu yang sistematis dan memang benar-benar logis untuk mencapai sebuah tujuan yang diinginkan bersama.

8. Body image: Feelings about body, strength, appearance, weight. Persepsi akan diri sendiri lah yang menyebabkan rasa percaya diri itu muncul atau bahkan hilang. Jika seorang atlet terlanjut mempunyai persepsi yang tidak baik terhadap dirinya, maka rasa percaya diri juga akan berangsur-angsur menghilang. Oleh karena itu, penting bagi seorang atlet untuk mempunyai persepsi yang positif terhadap dirinya.

9. Environmental comfort: Feeling comfortable where you’re performing. Situasi dan lingkungan pertandingan yang nyaman juga menjadi sumber rasa percaya diri yang cukup dominan. Bayangkan ketika seorang pemain bulu tangkis harus bermain dalam suhu ruang yang panas atau ruangan yang berangin, apalagi jika melawan pemain tuan rumah yang dianggap sudah mengetahui situasi itu dengan baik. Lingkungan lain yang seringkali berpengaruh adalah kondisi suporter. Jika bermain dalam tekanan suporter yang tak terkendali, maka siapapun akan gentar, karena bukan lagi kualitas teknik yang dipertaruhkan. Oleh karena itu, tidak sembarang kompetisi bisa diikuti. Para pemain sepakbola Indonesia sering bermain dalam pertandingan tarkam yang kondisi lapangan, penonton dan segala perangkat pertandingannya tidak memadai. Bukan tidak mungkin, inilah yang menyebabkan para pemain itu gentar ketika bertemu dengan lawan dari luar negeri.

Guntur Utomo

3 comments:

Anonymous said...

halo mas guntur...nampaknya paling aktif disini nih...apakah anda pembuat blog ini juga???salut dengan anda...saya juga penggemar sepakbola sekaligus sangat berminat dengan psikologi olahraga...punya email pribadi mas???mau ngobrol2 lebih banyak tentang psiko-olahraga nih...thanx...

Anonymous said...

Artikel anda di

http://psikologi.infogue.com/temukan_sumber_percaya_diri

promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online & kamus untuk para netter Indonesia. Salam!

psikologi olahraga said...

Mas Bramz, email saya guntur_cu@yahoo.com.
Saya memang concern tentang psikologi olahraga. Dengan sangat senang hati bisa ngobrol lebih banyak.